Minggu, 22 Januari 2012

Plural [Is me] ??

Ga tau kenapa saya tertarik dengan kata pluralisme. Satu kata yang menurut saya adalah sebuah kata yang luar biasa. Sebuah kata yang menjadi cermin negara kita, Indonesia. Sebelum kita menggelinjang lebih jauh, mending kita tau dulu arti pluralisme secara jelas. Menurut Wikipedia, Plural bisa di artikan beragam. Jika dijabarkan lagi dengan pluarlisme memiliki arti  berbagai macam paham, ataupun beragam paham.Tetapi secara kaitan sosial dan agama, pluralisme merupakan sebuah kaitan dengan keberagaman dan toleransi.  You know lah, bukan rahasia lagi kalau negara kita ini merupakan negara yang memiliki banyak sekali perbedaan entah dari sisi Agama, Budaya, Suku, atau pun Ras. Itu disebut plural. Bahkan kesenjangan- kesenjangan antar hal- hal tersebut kerap kali terjadi. Banyak pula kasus- kasus yang mencoreng kerukunan antar masyarakat dan antar umat di Indonesia. Perang suku, kasus terorisme, perusakan tempat ibadah dan masih banyak kasus terjadi di negara kita. Hal- hal tersebut kiranya sangat mencoreng keindahan mozaik yang ada di Indonesia. Tetapi hal tersebut menurut penulis merupakan salah satu hal- hal bodoh yang dilakukan segelintir orang- orang bodoh pula.  Tetapi semua hal tersebut bisa dikembalikan ke dalam diri kita sendiri. Kita sendiri kerap kali mengedepankan egoisme dalam diri kita untuk bersikap pluralisme. Sebagai contoh ialah terkadang kita masih sungkan ataupun malu atau mungkin gengsi hanya untuk sekadar 'say hi'  dengan orang yang mungkin berbeda dengan kita. Kadang egoisme akan semua yang kita percayai atau kita miliki membuat kita enggan untuk hanya sekadar menyapa dengan orang yang berbeda dengan kita.
Saya ceritakan sedikit mengenai secuil arti pluraliseme dalam kehidupan saya. Saya  lahir sebagai seorang yang lahir di keluarga yang beragama Katolik yang taat. Keluarga saya pun juga merupakan keluarga yang taat dengan menjalankan seluruh perintah- perintah dalam ajaran agama saya.Tetapi yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua saya ialah, 'bertemanlah dengan siapa saja'. Jangan pernah membeda- beda kan teman karena hanya masalah suku, agama, ras, status, tingkat ekonomi, dan lain- lain. Orang tua saya tidak pernah melarang saya berteman karna perbedaan- perbedaan tersebut, terkhusus masalaha agama. Ketaatan kami sekeluarga dalam beribadah, tidak menjadikan kami seorang yang fanatik dan menutup terhadap agama lain. Orang tua saya juga memiliki kebiasaan ketika mengunjungi ataupun mengawali pembicaraan melalui telepon  dengan mengucapkan salam 'assalamualaikum' ataupun jika ada tamu atau jika ada penelpon yang menyampaikan salam dengan kata 'assalamualaikum' orang tua saya pun juga pasti akan menjawab dengan 'waalaikumsalam'. Hal tersebut juga tertular pada diri saya secara pribadi. Tanpa saya sadari orang tua saya mengajarkan kepada saya untuk tidak menonjolkan egoisme identitas dan agama kita. Kebiasaan lain yang orang tua saya lakukan ialah jika ada teman, kerabat ataupun saudara yang berkunjung ke rumah saya dan teman, kerabat atau saudara tersebut merupakan seorang yang beragama Islam. Bukan suatu hal aneh lagi bagi mereka yang terbiasa berkunjung ke rumah saya untuk melakukan ibadah sholat di rumah saya. Bahkan orang tua saya juga ikut mengingatkan untuk melakukan sholat. Hal- hal kecil dan sederhana yang dilakukan orang tua saya tanpa saya sadari menanamkan sikap toleransi di dalam diri saya. Pastinya jika kesadaran mengenai pluralisme dan toleransi kita sadari benar- benar, pasti alangkah indahnya negeri Indonesia tercinta ini.
Judul yang saya sampaikan memang sangat mengadaptasi judul buku 'Nasional.is.me' karya Pandji Pragiwaksono. Tetapi tema yang saya ambil ialah mengenai pluralisme. Mengapa pluralisme? Dikarnakan negara kita merupakan negara yang plural, negara dengan banyak sekali perbedaan- perbedaaan pada masyarakatnya. Arti Plural is me saya gunakan sebagai sifat yang bisa di gunakan masyarakat untuk menghadapi perbedaan- perbedaan. Tak sekedar arti pluraliseme secara gamblang. Tetapi Plural is me lebih menunjukan arti tentang 'plural itu aku' atau saya serorang yang plural dan lebih jelasnya berarti sifat kita dalam sikap kita menanggapi tentang menerima perbdedaan- perbedaan di negeri ini.   Masalah- masalah sensitif yang menyinggung masalah suku ras agama ataupun golongan (SARA) bisa menjadi masalah yang mudah tersulut menjadi konflik yang besar. Jadi jika setiap individu di negara ini menanamkan sifat 'plural is me' di dalam hati kita, maka pastinya negeri ini akan menjadi negeri yang indah dengan mozaik- mozaiknya yang begitu beragam. Percuma kita seorang  yang nasionalis, tetapi bukan orang pluralis. Percuma kita bela negara mati- matian tetapi tidak bisa menerima perbedaan- perbedaan pada negeri kita ini. 

6 komentar:

  1. Aq suka sm kata "toleransi". Dan aq sangat benci dengan kata "fanatis dan ekstrim". Itulah sebabnya saya memilih untuk tidak religius, menjaga jarak dg agama, dan lebih menjadi orang yg logis dan materialistis....meskipun saya juga rajin k gereja dan slalu berdoa. Tapi semua saya usahakan seimbang..

    BalasHapus