Minggu, 13 November 2011

Aku dan sebuah Dilema tentang isu kelestarian alam

Sangat jelas di pikiran kita mengenai isu- isu tentang kelestarian alam. Tak perlu jauh- jauh di di pedalaman Amazon atau pun padang Sahara. Di negara kita pun sangat jelas terdapat isu- isu mengenai kelestarian alam. Entah tentang isu pembantaian orang utan di hutan kalimantan, pro kontra penetapan pulau komodo menjadi tujuh keajaiban dunia, dan masih banyak isu- isu tentang kelestarian alam di negeri ini. Sejujur nya penulis sendiri merupakan salah satu orang yang mengutuk hal- hal yang berbau dengan perusakan kelestarian alam dimanapun itu berada. Karna penulis merasa, jika alam liar merupakan salah satu penyeimbang ekosistem kehidupan yang berada di atas bumi. Jika terjadi kerusakan pada satu aspek saja, seperti sebuah domino pasti akan berdampak pada aspek- aspek alam yang lain pula.  Tetapi entah mengapa ada suatu hal yang sangat mengganjal di hati penulis tentang semua keprihatinan ini. Apa lagi ada beberapa sindiran- sindiran tentang kebiasaan kebiasaan penulis yang sangat berkaitan tentang kelestarian alam. Berikut ini merupakan keraguan- keraguan yang dialami oleh penulis.
  1. Penulis merupakan seorang pecinta reptil yang juga memelihara beberapa spesies reptil lokal.
  2. Penulis belum bisa menjadikan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan menjadi bagian hidup penulis.
  3. Penulis terkadang masih lupa betapa pentingnya pola hidup ramah lingkungan bagi kehidupan kedepan.
Ketiga alasan diatas sangat menyurutkan hati penulis dalam melakukan gebrakan untuk merubah dunia untuk menjadi yang lebih baik. Untuk alasan pada nomor 2 dan 3 penulis sudah mulai bisa membuat perubahan- perubahan kecil. Semisal, dalam penggunaan kertas, ataupun dalam penggunaan listrik. Sungguh ada sedikit kelegaan dalam diri penulis dalam mengubah dunia untuk menjadi lebih baik. Tetapi untuk alasan pada nomor 1, jujur penulis hingga saat ini masih melakukan kegiatan yang tertera pada alasan tersebut. Ganjalan- ganjalan kecil itu mulai tumbuh kembali dan mulai menjadi sebuah 'penghalang' untuk mengubah dunia. Tetapi ada beberapa hal yang sangat bisa membuat penulis yakin ketika penulis bergabung ke sebuah kelompok pecinta reptil di kota Semarang. Pada salah satu tujuan pada komunitas tersebut ialah mensosialisasikan pada masyarakat jika reptil bukanlah musuh manusia, ataupun juga bukan bagian dari rantai makanan manusia. Kedua kalimat ini sangat menimbulkan renungan kecil jika dengan memelihara reptil  kita juga bisamemberikan sesuatu kepada masyarakat, dengan melakukan sosialisas untuk meminimalisir terjadinya pembunuhan reptil, karna ketakutan atau keinginan manusia untuk mengonsumsinya.
Kini keraguan penulis mulai menghilang karena dengan melakukan sosialisasi pada masyarakat, paling tidak kita bisa mengubah sedikit pandangan buruk masyarakat tentang reptil, dan dengan itu penulis bisa sedikit mengubah dunia, meskipun melalui hal yang sangat kecil.

2 komentar:

  1. keren mas... menginspirasi sekali... tulisan anda nampak benar2 nyata dari hati anda,,,
    saya adalah seorang komikus jogja,,, saya juga mencintai alam dan ingin melestarikannya... lewat media komik saya ingin mengangkat tema alam dan isu2 mengenai alam... trimakasih tulisannya :D

    BalasHapus
  2. artikelnya bagus sekali untuk dibaca anak muda

    tolak angin anak

    BalasHapus